Jumat, 08 November 2019

Mengonversi Teks “Menunggu Godot”

Wawan Setiawan Tirta
Menunggu Godot adalah naskah karya sastrawan Irlandia bernama Samuel Beckett (1906-1989). Karya ini bercerita tentang penantian dua sahabat karib, Vladimir dan Estragon. Keduanya tak lagi sanggup mengingat apakah telah menunggu seharian, seminggu, sebulan, setahun, atau bahkan puluhan tahun. Cerita berakhir dengan tragedi. Saat waktu terus berlalu, wajah dua sahabat itu makin keriput dan rambutnya memutih. Adapun Godot yang ditunggu tak kunjung tiba. Menunggu Godot tak hanya menunggu ketidakpastian, tetapi juga merupakan kesia-siaan atau penantian penuh kekonyolan. Dari sini muncullah istilah ‘Menunggu Godot’.

Naskah drama ini terdiri dari dua babak. Babak I dan babak II menunjukkan setting tempat dan waktu yang sama, yaitu di suatu jalan di desa pada suatu senja. Pada jalan itu terdapat sebuah pohon. Pada babak I, pohon itu tanpa daun, dan pada babak II sudah muncul beberapa helai daun. Tokoh yang terdapat dalam naskah ini hanya lima orang, yakni Vladimir, Estragon, Pozzo, Lucky, serta Boy. Namun dalam dialog yang diucapkan oleh para tokoh tersebut muncul nama Godot, ialah tokoh yang mereka nantikan. Godot tidak muncul dalam teks drama dalam artian hanya ada nama tokoh dan dialog tetapi hanya dalam ucapan tokoh tokoh yang membicarakannya.

Sementara Menunggu Godot
Karya : Samuel Beckett
Terjemahan : B. Very Handayani
Editor naskah : Yudi Ahmad Tajuddin
Editor : Amien Wangsitalaja
Penerbit buku : Tarawang
Pemain:
Estragon (Gogo)
Vladimir (Didi)
Pozzo
Lucky

Adegan 1
Sebuah jalan desa. Sebatang pohon. Petang hari Estragon duduk di sebuah gundukan, sedang mencoba melepaskan sepatu bootnya. Dia menarik kedua tangannya, lalu terengah-engah. Dia menyerah, Nampak sangat lelah, istirahat dan mencobanya lagi seperti sebelumnya. Masuk Vladimir.
Estragon:(menyerah lagi) Sia-sia!
Vladimir:(Maju dengan langkah pendek, berjalan kaki, kedua kakinya melangkah lebar) Aku mulai setuju dengan pendapat itu. sepanjang hidup aku mencoba menjauhkannya dariku dengan berkata; Vladimir cobalah berpikir, kau bahkan belum mencoba semuanya. Dan aku terus berjuang. (Dia termenung, memikirkan perjuangannya. Lalu berpaling pada Estragon). Jadi kau di sini lagi.
Estragon:Memang
Vladimir:Aku senang melihatmu lagi. Aku kira kau telah pergi untuk selamanya
Estragon:Aku juga.
Vladimir:Bersama lagi, akhirnya! Kita harus merayakannya. Tapi bagaimana caranya? (dia berpikir) Bangunlah dan aku akan memelukmu.
Estragon:Aku juga.
Vladimir:Bersama lagi, akhirnya! Kita harus merayakannya. Tapi bagaimana caranya? (dia berpikir) Bangunlah dan aku akan memelukmu.
Estragon:(dengan marah) Jangan sekarang. Jangan sekarang.
Vladimir:(terluka, dengan dingin) Bolehkah hamba tahu di manakah tuan puteri menghabiskan malamnya?
Estragon:Di selokan.
Vladimir:(Dengan kagum) Selokan? Di mana?
Estragon:(tanpa isyarat) Di sana.
Vladimir:Dan mereka tidak memukulmu?
Estragon:Memukulku? Tentu saja mereka memukulku.
Vladimir:Gerombolan yang sama?
Estragon:Sama? Aku tidak tahu.
Vladimir:Jika aku memikirkan hal itu… selama ini… apa jadinya kamu tanpa aku…. (dengan tegas) pada saat itu, kau tidak lain hanya seoonggok tulang. Aku yakin akan hal itu.
Estragon:Lantas?.
Vladimir:(dengan muram) Itu keterlaluan untuk seorang manusia (Pause. Dengan ceria) tapi sebaliknya, apa untungnya saat ini putus asa, itu yang aku katakan. Kita seharusnya memikirkan hal itu jutaan tahun yang lalu. Pada abad ke-19.
Estragon:Ah, hentikan ocehanmu dan bantu aku menyingkirkan barang rongsokan ini.
Vladimir:Pada awalnya, saling bergandengan di puncak menara Eiffel. Kita sangat cantik pada saat-saat itu. Akan tetapi, sekarang sudah terlambat. Mereka bahkan tak akan pernah membiarkan kita naik lagi. (Estragon membuka sepatunya) Apa yang akan kau lakukan?
Estragon:Mencopot sepatu bootku. Apa kau tidak pernah melakukannya?
Vladimir:Sepatu harus dilepas setiap hari. Aku telah mengatakan hal itu padamu. Kenapa kau tidak mencoba mendengarku?
Estragon:(dengan lemah) Bantu aku!
Vladimir:Sakitkah?
Estragon:Sakit! Dia ingin tahu apakah ini menyakitkan?
Vladimir:(dengan marah) Tak ada orang yang menderita selain kau, aku tidak termasuk. Aku ingin dengar apa yang akan kau katakan jika tahu apa yang aku alami.
Estragon:Sakitkah?
Vladimir:Sakit! Dia ingin tahu apakah itu menyakitkan!
Estragon:(menuding) Kau mungkin mengancingkannya. Sama saja.
Vladimir:(membungkuk) Benar (dia mengancingkan tutup luarnya) jangan pernah remehkan hal-hal kecil kehidupan.
Estragon:Apa yang kau harapkan, kau selalu menunggu sampai saat terakhir.
Vladimir:(Termenung) Saat terakhir…. (dia merenung) Harapan yang tertunda memang menyakitkan. Siapakah yang mengatakannya?
Estragon:Kau tidak menolongku?
Vladimir:Kadang-kadang aku merasa semuanya menjadi sama saja. Lalu, aku merasa semuanya menggelikan. (dia melepaskan topinya, menatap tajam ke dalamnya menggoncanggoncangkannya, lalu memakainya lagi) Bagaimana aku mengatakannya? Lega dan pada saat yang bersamaan… (dia mencari kata yang tepat)…ngeri. (dengan penekanan) Ngeri (dia melepaskan topinya lagi, menatap tajam ke dalamnya) Lucu (dia mengetuk-ngetuk bagian atasnya seolah-olah mengusir bagian yang asing. Melihat bagian dalamnya lagi, memakainya kembali) Sia-sia saja. (Estragon dengan kekuatan penuh berhasil menarik sepatu bootnya. Dia melihat bagian dalamnya, menggoncang-goncangnya, melihat ke tanah untuk memastikan apakah ada sesuatu yang keluar dari sepatunya, tidak menemukan apa-apa, merogoh dalamnya lagi. Menatap Vladimir dengan pandangan yang kabur). Bagaimana?
Estragon:Tak ada.
Vladimir:Perlihatkan
Estragon:Tak ada yang perlu diperlihatkan
Vladimir:Coba pakailah lagi
Estragon:(memeriksa kakinya) Aku akan mengangin-anginkannya sebentar.
Vladimir:Ada banyak orang sepertimu. Menyalahkan sepatunya, padahal kakinya yang salah. (Dia melepas topinya lagi melihat ke dalamnya, merabanya, mengetuk bagian atasnya, meniupnya dan memakainya lagi) hal ini mulai mengkhawatirkan (Hening, Vladimir berpikir keras, Estragon menarik-narik jari-jari kakinya) Salah satu pencuri itu diselamatkan. (pause) Bagian yang masuk akal. (pause) Gogo.
Estragon:Apa?
Vladimir:Seandainya kita bertobat
Estragon:Bertobat apa?
Vladimir:Oh…(dia berpikir) kita tidak perlu membahas detilnya
Estragon:Tentang kelahiran kita? (Vladimir tiba-tiba tertawa terbahak-bahak, tetapi dengan segera ia menjadi sesak napas, tangannya menekan bagian bawah tubuhnya, wajahnya menyeringai kesakitan.)
 Menunggu Godot adalah naskah karya sastrawan Irlandia bernama Samuel Beckett  Mengonversi Teks “Menunggu Godot”
Martin Esslin mengemukakan bahwa dalam mengkaji sebuah pementasan drama ada tujuh tanda yang harus dicermati: pertama, ikon, indeks, dan simbol dalam drama; kedua, pembingkaian; ketiga, aktor; keempat, visual dan desai; kelima, kata/teks; keenam, musik dan bunyi; dan ketujuh, panggung dan layar. Jadi, drama merupakan karya multidimensional yang dapat dikaji dari banyak sisi. Naskah drama tersebut setelah dikonversi menjadi sebuah teks ulasan seperti di bawah ini.
No.Struktur TeksKalimat
1.Orientasi 1“Menunggu Godot” merupakan naskah drama karya Samuel Backett. Naskah ini ditulisnya sejak 9 Oktober 1948 hingga 29 Januari 1949. “Menunggu Godot” pertama kali dipentaskan di Paris pada 5 Januari 1953. Naskah ini ditulis dalam bahasa Prancis dan diterjemahkan ke dalam banyak bahasa, termasuk Indonesia. Satu tokoh yang tidak muncul dalam dialog adalah Godot. Godot merupakan sosok yang sangat dinantikan oleh para tokoh lain. Ia merupakan simbol dari keberadaan dari ketiadaan. Wujudnya tidak pernah ada, tetapi namanya dibicarakan terus-menerus; ia tidak muncul. Tanpa kehadiran fisiknya, Godot tetap memiliki kemampuan untuk menunjukkan kekuasaannya kepada Vladimir dan Estragon untuk tetap menunggunya kedatangannya.
2.Tafsiran IsiKisah “Menunggu Godot” ini adalah kisah yang menggambarkan harapan yang tidak kunjung berakhir. Aktor dalam cerita ini termasuk Vladimir, Estragon, Pozzo, Lucky, dan Boy. Mereka adalah sekawanan teman-teman yang sangat setia pada kedatangan Godot. Bahkan, Godot tidak akan pernah datang. Ia berbicara terus-menerus, tapi dia tidak muncul. Ketidakhadirannya telah membuatnya menjadi pusat perhatian dan itu adalah cara dia menunjukkan kekuasaannya dalam hal Vladimir dan Estragon untuk terus menunggu Godot.

Penantian kedua tokoh itu, Vladimir dan Estragon, menjadi sebuah penantian panjang. Selama itu mereka melewatkan waktu dengan memperdebatkan hal-hal di sekitar mereka, di antaranya sepatu, topi, pohon, peristiwa penyaliban, atau kisah penyelamatan. Tokoh lain yang kemudian hadir di tengah cerita adalah Pozzo dan Lucky, sang tuan dan budaknya, serta seorang utusan Godot yang beberapa kali datang dan mengatakan hal yang sama bahwa Godot tidak bisa datang sekarang, tetapi besok. Selama waktu berjalan, peristiwa yang sama berulang kembali dan Godot tidak pernah menampakkan dirinya sampai akhir cerita.
3.EvaluasiPementasan drama Menunggu Godot menuai sukses di mana-mana. Mendapat sambutan menghebohkan dari khalayak, dan lebih-lebih liputan luas dari media massa dengan segala pro dan kontranya. Segala aspek dalam drama ini menyimpan pesan moral yang dalam. Adanya tokoh Godot yang tidak kunjung datang juga menimbulkan interpretasi yang bermacam-macam. Apakah dia manusia, hewan, dewa, ratu adil, uang ataukah kemenangan.

Namun sayangnya, gambaran kehidupan dalam cerita ini cukup menyedihkan. Berulang-ulang dan beku. Kehilangan makna, tujuan dan mengisahkan penderitaan yang terus menerus. Setiap karakter dalam naskah ini terlihat seperti hidup dalam penjara ciptaan sendiri. Setiap mereka terkurung dalam ketidakmampuan untuk bertindak.
4.RangkumanSecara keseluruhan, drama "Menunggu Godot" sangat menarik karena mengandung pesan moral yang mendalam. Godot hanyalah sebuah alasan bagi Vladimir dan Estragon untuk tetap menjalani hidup. Mereka menunggu Godot yang mereka tidak tahu siapa, dan belum tentu juga Godot akan datang menemui mereka.