Senin, 27 April 2020

Mengulas Cerpen “Emak dan Sepotong Roti”

Wawan Setiawan Tirta
Cerita pendek merupakan kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi (pada suatu ketika). Ulasan adalah teks yang berisi tinjauan suatu karya baik berupa film, buku, benda dan lain sebagainya untuk mengetahui kualitas, kelebihan dan kekurangan yang dimiliki karya tersebut yang ditujukan untuk pembaca atau pendengar khalayak ramai. Teks ulasan bertujuan sebagai media untuk menyampaikan ulasan dengan etika yang sopan, santun, dan tepat waktu.

1. Struktur Teks Ulasan Cerpen “Emak dan Sepotong Roti”
Struktur teks ulasan terdiri dari bagian orientasi, tafsiran isi, evaluasi, dan rangkuman. Orientasi erupakan gambaran umum atas bahan atau karya sastra yang akan diulas. Gambaran umum karya atau benda tersebut bisa berupa paparan tentang nama, kegunaan, dan sebagainya. Tafsiran isi memuat pandangan pengulasnya sendiri mengenai karya yang diulas. Pada bagian ini penulis biasanya membandingkan karya tersebut dengan karya lain yang dianggap mirip. Selain itu, penulis juga menilai kekurangan dan kelebihan karya yang diulas Bagian evaluasi dilakukan penilaian terhadap karya, penampilan, dan produksi. Bagian tersebut berisi gambaran terperinci suatu karya atau benda yang diulas. Hal ini bisa berupa bagian, ciri, dan kualitas karya tersebut. Pada bagian rangkuman penulis memberikan ulasan akhir berupa simpulan karya tersebut.

Supaya dapat mengulas cerpen “Emak dan Sepotong Roti” karya Caswati dengan baik, baca cerpen itu dengan cermat cerpen tersebut. Kemudian ulas berdasarkan struktur teks ulasan yang terdiri atas orientasi, tafsiran, evaluasi, dan rangkuman. Di dalam mengulas cerpen, hal penting yang harus perhatikan adalah gambaran umum, ringkasan, serta kelebihan dan kekurangan dari cerpen tersebut.
Struktur TeksKalimat
OrientasiEmak dan Sepotong Roti merupakan salah satu judul hasil karya sastra Caswati, yang berupa cerpen. Cerpen karangan mahasiswi jurusan satra di UGM ini menceritakan tentang kisah perjuangan seorang Emak dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Ia rela melakukan pekerjaan berat demi menyekolahkan kedua putinya, Dani dan Dina. Cerpen tersebut dikarangnya saat mengikuti lomba dalam rangka bulan bahasa dan sastra yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional Pusat Balai Bahasa Yogyakarta pada tahun 2007.
TafsiranCerita dalam cerpen ini diawali dengan peristiwa kemarau berkepanjangan yang melanda sebuah desa. Kemarau itu mengakibatkan lahan persawahan dan sungai sumber mata air penduduk desa mengering. Keadaan itu membuat sebagian warga meninggalkan sungai tersebut. Namun beda halnya dengan Emak, ia justru sering mendatangi sungai itu untuk mengumpulkan batu. Sejak suaminya meninggal empat tahun yang lalu, ia harus melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar demi menyambung hidupnya dan menyekolahkan kedua putrinya, Dani dan Dina. Ia tidak ingin anaknya bernasib sama sepertinya
 yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu Mengulas Cerpen “Emak dan Sepotong Roti”
Tapi Emak sedikit beruntung, karena Dani, putri sulungnya selalu membantunya, meski hanya di hari minggu saja, sebab sore hari ia baru pulang sekolah. Namun suatu hari minggu, saat Dani hendak membantu, tidak seperti biasanya, Emak menolak bantuaanya dan menyuruhya untuk pulang. Meski merasa agak aneh, Dani dan Dina bergegas pergi meninggalkan Emak. Tapi belum lama melangkah, mereka mendengar suara jeritan Emak yang tangan kirinya penuh dengan darah akibat terkena palu. Sejak saat itu, Emak tak lagi bisa bekerja dan jadi sangat pendiam. Dani ingin membawa Emak berobat dengan uang sisa hasil penjualan batu, namun Emak selau menolak. Dani pun menuruti kata Emak, ia merawatnya dengan penuh kasih sayang.

Suatu hari saat Dani berulang tahun, Emak memberinya kejutan sebuah roti tart yang sederhana. Sebelumnya Emak berkata pada Dina agar memberitahu Dani untuk membangunkannya setelah dia pulang. Dani pun langsung membangunkan Emaknya. Namun Emak tak bangun juga. Wajah pucat Emak membuat Dani tersadar kalau ia baru saja kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Sementara Dina hanya memandangi keduanya dengan wajah polosnya.
EvaluasiCerpen karangan gadis kelahiran 23 September 1989 ini tersusun sangat runtut, sehingga pembaca lebih mudah memhami isinya. Selain itu, kosakata yang digunakan dapat membuat pembaca terlarut dalam cerita. Serta, alu ceritanya yang unik dan berbeda dengan cerpen-cerpen zaman sekarang yang biasanya berisi tentang kisah cinta remaja.

Namun sayangnya, ada beberapa kata yang tak baku dalam cerpen tersebut. Seperti kata gedheg yang seharusnya diganti dengan kata lain dalam bahasa Indonesia yang memiliki arti sama. Sebab, tidak semua pembaca mengetahui apa arti kata tersebut, dan pasti akan terasa lebih enak dibaca.
RangkumanTetapi, dengan mengesampingkan kekurangan tersebut, cerpen ini sangatlah cocok untuk remaja Indonesia. Sebab, di dalamnya terkandung banyak pesan yang bermakna, yang dapat memotivasi kita agar semangat menjalani hidup, bersyukur atas segala pemberiaan Tuhan, berbakti kepada orang tua, dan bekerja keras untuk mewujudkan sesuatu yang kita inginkan.

2. Tema Cerpen “Emak dan Sepotong Roti”
Tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang dalam menulis cerita bukan sekadar ingin bercerita, tetapi ingin mengatakan sesuatu pada pembacanya. Sesuatu yang ingin dikatakannya itu bisa masalah kehidupan, pandangan hidupnya tentang kehidupan ini, atau komentar terhadap kehidupan ini. Semua kejadian dan perbuatan tokoh cerita, didasari oleh ide pengarang tersebut.

Sebuah cerpen harus selalu mengatakan sesuatu, yaitu pendapat pengarang tentang hidup ini sehingga orang lain dapat mengerti hidup ini lebih baik. Pesan itu tentu saja tidak dikemukakan secara definitif. Pengarang menyatakan ide atau tema dalam unsur cerita. Dalam cerpen yang berhasil, tema justru tersamar dalam seluruh elemen. Pengarang menggunakan dialog-dialog tokoh, jalan pikiran, perasaan, kejadian-kejadian, latar cerita untuk mempertegas atau menyarankan isi temanya.

Dengan demikian, tema cerpen tersebut adalah perjuangan seorang ibu, pengarang dapat menyampaikan tema itu melalui tokoh utama, yaitu emak seorang ibu yang bekerja keras membanting tulang untuk menghidupi kedua anaknya

3. Plot Cerpen “Emak dan Sepotong Roti
Plot sering juga disebut alur cerita. Jalan cerita bukanlah plot. Jalan cerita hanyalah perwujudan, bentuk wadah, bentuk jasmaniah dari plot. Plot tidak sama dengan jalannya cerita. Plot dengan jalannya cerita memang tidak bisa dipisahkan, tetapi harus dibedakan. Secara umum plot sering dikupas menjadi elemen-elemen berikut.
  • Pengenalan. Cerita dalam cerpen ini diawali dengan peristiwa kemarau berkepanjangan yang melanda sebuah desa. Kemarau itu mengakibatkan lahan persawahan dan sungai sumber mata air penduduk desa mengering. Keadaan itu membuat sebagian warga meninggalkan sungai tersebut.
  • Timbulnya konflik. Namun suatu hari minggu, saat Dani hendak membantu, tidak seperti biasanya, Emak menolak bantuaanya dan menyuruhya untuk pulang. Meski merasa agak aneh, Dani dan Dina bergegas pergi meninggalkan Emak. Tapi belum lama melangkah, mereka mendengar suara jeritan Emak yang tangan kirinya penuh dengan darah akibat terkena palu..
  • Konflik memuncak/Klimaks. Sejak saat itu, Emak tak lagi bisa bekerja dan jadi sangat pendiam. Dani ingin membawa Emak berobat dengan uang sisa hasil penjualan batu, namun Emak selau menolak. Dani pun menuruti kata Emak, ia merawatnya dengan penuh kasih sayang.
  • Pemecahan.Sebelumnya Emak berkata pada Dina agar memberitahu Dani untuk membangunkannya setelah dia pulang. Dani pun langsung membangunkan Emaknya. Namun Emak tak bangun juga. Wajah pucat Emak membuat Dani tersadar kalau ia baru saja kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Sementara Dina hanya memandangi keduanya dengan wajah polosnya.

Setelah mengenal elemen-elemen plot, analisis cerpen “Emak dan Sepotong Roti” berdasarkan elemen-elemen plot tersebut. Jenis alur pada cerpen “Emak dan Sepotong Roti” yaitu Maju. Karena dalam cerpen menceritakan kehidupan dalam keluarga tersebut dengan menceritakan secara urut ke depan.

4. Karakter
Mutu sebuah cerpen banyak ditentukan oleh kepandaian si penulis menghidupkan watak tokoh-tokohnya. Kalau karakter tokoh lemah, seluruh cerita menjadi lemah. Ada beberapa jalan yang dapat menuntun kita sampai pada sebuah karakter, yaitu (1) melalui apa yang dilakukan si tokoh, (2) melalui ucapan-ucapan si tokoh, (3) melalui penggambaran fisik tokoh, (4) melalui pikiran-pikiran sang tokoh, dan (5) melalui penerangan langsung (penulis membentangkan panjang lebar watak tokoh secara langsung.

Karakter tokoh di dalam cerpen “Emak dan Sepotong Roti”. antara lain sebagai berikut.
Tokoh utama dalam cerpen ini yaitu seorang ibu (emak) yang bekerja keras membanting tulang untuk menghidupi kedua anaknya. Emak bekerja mulai dari buruh cuci, setelah itu berpindah sebagai buruh tani. Tokoh emak yang penuh rasa tanggung jawab,selalu optimis dalam menjalani hidup dan tidak pernah putus asa dalam menghadapi kehidupannya yang serba sulit.

5. Latar
Dalam cerpen modern latar telah digarap para penulis menjadi unsur cerita yang penting. Ia terjalin erat dengan karakter, tema, suasana cerita. Hanya tahu di mana suatu cerita terjadi tidak cukup. Latar dalam cerpen modern telah menjadi jalinan dengan unsur-unsur cerpen lainnya. Latar bukan hanya menunjukkan tempat dan waktu tertentu, melainkan juga hal-hal yang hakiki dari suatu wilayah, sampai pada macam debunya, pemikiran rakyatnya, gaya hidup mereka, dan sebagainya.

a. Latar Waktu
  • Siang itu begitu terik
  • Sejak memasuki kemarau
  • Sejak meninggalnya bapak empat tahun lalu
  • Seusai mengantar Dina sekolah
  • Kebetulan ini adalah hari Minggu
  • Azan Asar berkumandang
  • Samar-samar dari balik pekatnya malam
  • Sekarang sudah memasuki bulan Desember.

b. Latar Tempat
Latar Tempat :Desa, sungai, gunung, pasar, bawah sebatang pohon nangka, bale-bale rumah,

c. Latar Suasana
  • Bahagia, Emak tersenyum memandangi punggung anak sulungnya yang tampak bersahaja. Emak tidak menyangka bahwa anak sulungnya telah tumbuh menjadi gadis cantik berhati mulia.
  • Bingung, Dani terenyak, bingung memandangi Emak yang tiba-tiba terasa asing. Kenapa? Ada apa?
  • Terkejut, Tepat pada langkahnya yang kelima, Dani dikejutkan dengan jeritan Emak yang memantul dari satu sisi tebing yang lain.
  • Frustasi. Emak memikirkan sesuatu, sesuatu yang membuatnya tampak frustasi.
  • Khawatir, Jujur, Dani semakin khawatir dengan keadaan Emak

6. Sudut Pandang
Sudut pandang pada dasarnya adalah visi pengarang, artinya sudut pandang yang diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita. Pada dasarnya ada empat sudut pandang (point of view), yaitu (1) sudut pandang serba tahu (omniscient point of view), (2) sudut pandang objektif (objective point of view), (3) sudut pandang orang pertama, dan (4) sudut pandang orang kedua.

Sudut pandang dalam cerpen “Emak dan Sepotong Roti” , yaitu :
  • Orang ketiga. Pengarang tidak terlibat dalam peristiwa cerita. Biasanya pengarang menggunakan tokoh “ia”, “dia”, atau “mereka” sebagai pelaku utamanya. Atau bisa juga dengan menyebut nama tokohnya; “Dina” dan “Dani” misalnya.

7. Unsur Ekstrinsik Cerpen
Unsur ekstrinsik cerpen adalah unsur pembentuk cerpen yang berada di luar cerpen. Unsur ekstrinsik cerpen tidak bisa lepas dari kondisi masyarakat pada saat cerpen tersebut dibuat. Unsur ekstrinsik ini mempengaruhi penyajian, gaya, dan isi cerpen. Unsur ekstrinsik meliputi latar pengarang, politik, psikologi, sosial-budaya, dan agama.

Unsur ekstrinsik cerpen “Emak dan Sepotong Roti”. Latar pengarang merupakan keadaan pengarang saat membuat suatu karya sastra.
Caswati, lahir di Jakarta, 23 September 1989 Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gajah Mada, bertempat tinggal di GMNU, Jalan H.O.S. Cokroaminoto TR III/890B, Gg. Ngadimulyo, Sudagaran, Yogyakarta, telepon (0274) 619730