Rabu, 29 April 2020

Sejarawan Menjangkau Kebagian Suatu Peristiwa, Ke Dalam Alam Pikiran Yang Melatarbelakanginya Dan Permasalahan Dalam Eksplanasi Sejarah

Wawan Setiawan Tirta
Selamat datang di Blog , yang selalu berusaha semaksimal mungkin untuk mengulas berbagai artikel, utamanya tentang sejarah. Pada kesempatan ini telah memamparkan sedikit tentang "Sejarawan menjangkau ke bagian suatu peristiwa, ke dalam alam pikir yang melatar belakanginya dan permasalahan dalam eksplanasi sejarah" berikut ini ulasan singkatnya.
 yang selalu berusaha semaksimal mungkin untuk mengulas berbagai artikel Sejarawan Menjangkau Kebagian Suatu Peristiwa, Ke Dalam Alam Pikiran Yang Melatarbelakanginya Dan Permasalahan Dalam Eksplanasi Sejarah
Sejarawan Menjangkau Kebagian Suatu Peristiwa, Ke Dalam Alam Pikiran Yang Melatarbelakanginya Dan Permasalahan Dalam Eksplanasi Sejarah

Seorang sejarawan dapat  menjangkau kebagian dalam suatu peristiwa, yaitu ke dalam alam pikiran yang melatarbelakanginya dengan cara menerobos ke dalam hakekat yang mendalam dari peristiwa yang sedang dipelajari, dapat menghayati peristiwa-peristiwa sebenarnya dari dalam. Ini adalah keuntungan yang tidak dinikmati oleh para scientis (mereka tak pernah bisa menjadikan dirinya sebagai benda alam, padahal sejarawan bisa merefleksikan dirinya pada tokoh sejarah). Dalam hubungan ini suatu keistimewaan yang ditunjukan oleh cara kerja sejarawan ialah bahwa mereka apabila sedang menjelaskan peristiwa di masa lampau mampu membuat pembedaan anatara bagian luar dan bagian dalam dari sebuah peristiwa. Bagian luar adalah wujud fisik/ gerak suatu peristiwa sedang bagian dalamnya adalah pikiran yang ada dibalik wujud fisik/gerak tadi ( apa yang ada dalam pikiran pelaku-pelaku sejarah). Karena itu sejarawan tidak semata-mata berhubungan dengan peristiwa tetapi juga dengan aksi yang tidak lain daripada gabungan antara unsure luar dan unsure dalam dari peristiwa. Sejarawan bisa mulai dari unsure luarnya (menemukan dan menjelaskan bentuk fisik / gerak dari peristiwa tetapi tugas utama yang sebenarnya adalah terus menerobos ke bagian dalam dari peristiwa yakni ke dalam alam pikiran pelaku sejarah.

Yang menjadi masalah adalah bagaimana sejarawan menjangkau bagian dalam (pikiran-pikiran) yang melatarbelakangi suatu peristiwa. Di sini kembali Collingwood kembali menekankan keistimewaan yang bisa dilakukan oleh sejarawan terhadap objek kajiannya yaitu dengan memikirkan kembali dalam pikiran sejarawan sendiri. Sejarawan menerobos pikiran pelaku sejarah dengan cara mencoba menghidupkan kembali pikiran-pikiran pelaku sejarah tersebut dalam pikirannya sendiri. Secara imajiner mencoba menempatkan dirinya kedalam pelaku-pelaku sejarah tersebut. Ini merupakan unsur pokok dalam “cara berpikir sejarah” yang menjadi dasar dari “cara menerangkan sejarah”.

Terhadap anggapan-anggapan kaum idealis tadi ada sejumlah kritik diantara diabaikannya secara berlebihan latar belakang kuatan alam, bahwa kesimpulan-kesimpulannya didasarkan pada perbuatan manusia yang dipikirkan secara masak-masak padahal banyak perbuatan manusia yang merupakan respon spontan, dan bahwa anggapan-anggapan terutama berlaku bagi sejarah jenis-jenis tertentu seperti sejarah meliter, politik ataupun biografi, tapi sulit bagi jenis sejarah seperti ekonomi yang ditentukan oleh massa. Bahkan Ryle: memikirkan pikiran yang ada dibalik suatu perbuatan adalah mustahil karena pikiran-pikiran seperti itu bersifat peribadi bagi pemiliknya dan tak ada seoranglainpun yang dapat menjangkaunya.

Peristiwa yang ditulis dengan baik niscaya sangat bermakna bagi manusia, bukan hanya sekedar mengetahui & memahami peristiwa sejarah yang di maksud, melainkan juga menjadi pelajaran yang baik guna memperbaiki diri seperti apabila sejarah itu menjadi contoh / menjauhi & menghindarinya peristiwa sejarah ternyata berbeda dengan harapan manusia. Perlu lebih dulu memahami & menelaah setiap peristiwa sejarah agar mendapat pemahaman yang jelas / keterangan metodologi sejarah di sebut ekspalansi sejarah.
Ekplantasi sejarah adalah salah satu aspek yang penting dalam metodologi sejarah,  karena dalam hal ini dipergunakan untuk mengembangkan, menganalisis, dan menjelaskan hubungan di antara pernyataan –pernyataan terkait fenomena – fenomena yang telah ada. Dalam ilmu sejarah hal tersebut merupakan kesepakatan para sejarawan dalam sebutan Kausalitas ( Caustions, adalah bagian dari masalah eksplanasi sejarah yang luas & mendalam serta semuanya merupakan masalah metodologis), serta bentuk – bentuk Penghubung lain ( Connections ) yang digunakan para sejarawan ketika menyintesis fakta – fakta “ Berkhofer dalam helius Sjamuddin, 1996 : 23”.

Ucapan mengenai fakta –fakta historis merupakan deskripsi – deskripsi mengenai masa lalu ( Masa silam ). Akan tetapi, seorang ahli sejarah tidak membatasi dirinya pada usaha melukiskan masa silam, dan juga berusaha memikirkan suatu keterangan / penjelasan yang masuk akal, mengenai apa yang terjadi di masa silam, karena secara prisnsip pertanyaan semacam itu harus diberi jawaban secara obyektif serta masu akal. Maka permasalah tersebut sangatlah penting & apabila para  ahli sejarah tidak bersedia menjawab pertanyaan itu sungguh itu hal yang menyedihkan, siapakah yang bersalah. Barang siapa yang mengajukan pertanyaan itu mengenai sebabnya dan oleh karena itu minta  suatu penjelasan.
Permasalahan dalam eksplanasi sejarah.
Terdapat 2 perangkat permasalahan yang timbul dalam tugas eksplanasi:
  1. Masalah menghubungkan fakta antara stu dengan yang lain. Dalam sosiologi dan disiplin – displin semacam unit – unit analisis yang relasional di sebut variabel;
  2. Masalah memahami Kaitannya antara hal- hal yang saling berhubungan. Karena di sini terlihat, eksistensi fakta merupakan bahan pokok untuk teori – teori Kehidupan sosial.
Menurut J. Meehan ada empat kasus / masalah yang khas dalam ekplansi diantaranya;
  1. Ekplanasi kausal yang menghubungkan Explicandum ( suatu peristiwa atau fenomena yang perlu dijelaskan).
  2. Eksplanasi Fungsional yang menghubungkan dengan konteks yang menunjukan fungsi yang diembannya, seperti kita  menjelaskan fungsi hati dalam organ tubuh.